*) sumber : Majalah Suara
Muhammadiyah edisi No. 03 TH Ke-99
Muhammad Abduh adalah seorang
pembaharu Islam yang memiliki pengaruh besar di dunia. Pemikiran beliau cukup
banyak mempengaruhi tokoh-tokoh pembaharu Islam pada awal abad ke-20. Beliau
lahir ketika dunia barat sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi ke
wilayah-wilayah Islam. Pada mas itu ada dua golonganekstrim, mempertahankan
tradisi Arab-Islam dan mengadakan pembaharuan yang merujuk pada barat, sehingga
nyaris melupaka nilai-nilai Timur dan Islam. Hal tersebut telah memotivasi
Abduh untuk memberikan respons dan mengadakan perbaikan di pelbgai bidang,
terutama pendidikan.
Keyakinan yang mendasari
ide-ide pembaharuan Abduh adalah bahwa Islam memberikan karunia terbesar bagi
umatnya berupa kemerdekaan atas kehendak serta kebebasan berpikir dan
berpendapat. Optimalisasi fungsi dan peran akal, menurut Abduh, merupakan alat
untuk lepas dari belenggu tersebut.
Abduh dengan semangat
pembaharuanya berusaha mengadakan penyesuaian ajaran Islam dengan tuntunan
zaman disegala bidang, termasuk pendidikan.
Muhammad Abduh dengan lantang
menjelaskan perlunya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan agama. Keduanya
tidaklah pantas dipisahkan sebagai yang berasal dari Allah dan lahir dari akal,
melainkan keduanya mempunyai hubungan yang saling memperkokoh keberadaan
masing-masing. Semakin dalam pengetahuan mengenai agama, maka haruslah semakin
dalam pula pengetahuannya mengenai ilmu alam. Dengan kata lain, keseimbangan
ilmu agama dan umum akan meudahkan kita menjadi manusia yang berintelektual
sekaligus bermoral.
Muhamad Adbuh juga menjelaskan
bahwa manusia merupakan makhluk pilihan Tuhan, yang dalam dirinya ditanamkan
sifat mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, memiliki rasa tanggungjawab terhadap
diriya da alam semesta. Menurut Muhammad Abduh, manusia cenderug berpotensi
pada kebaikan dari pada kejahatan. Oleh sebab itu, fungsi pendidikan ialah
pengembangan potensi kebaikan tersebut.
Tujuan pendidikan menurut
Abduh ialah mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas
yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Muhammad Abduh membentuk seperangkat
kurikulum sebagai berikut :
Pertama, tingkat sekolah
dasar. Berangkat dari asumsi bahwa ajaran Islam merupakan dasar pembentukan
jiwa dan pribadi muslim, maka beliau menjelaskan bahwa dasar pembentukkan iwa
agama hendaknya dimulai dari usia dini.
Kedua, tingkat atas. Pada
tingkat ini, Abduh merasa perlu memasukkan materi pelajaran agama, sejarah
Isam, dan kebudayaan Islam.
Ketiga, tingkat perguruan
tinggi. Untuk perguruan tinggi, maka kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
saat itu. Dalam hal ini, Abduh memasukkan mata kuliah ilmu filsafat, ilmu
logika dan ilmu pegetahuan modern.
Terkait metode pembelajaran,
kendati tidak dijelaskan secara eksplisit, namun dari praktik yang dilakukan
dapat dilihat bahwa Abduh cenderung kepada metode diskusi. Metode ini dipandang
dapat membuat anak didik berpikir reflektif dan inovatif, disamping melatih
mereka untuk berbicara dan percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar