Esensi musibah, baik
disenangi atau tidak, merupakan ujian dari Allah SWT, karena Allah selalu
menguji hambaNya untuk mengetahui kadar kualitas keimanannya. Dalam sebuah
Hadits Qudsi Allah SWT berfirman “Sesunggunya rahmaKU didahului dengan MarahKu”
Sedangkan dalam Alqur’an
kata ujian terdapat pada 4 kata dan 4 tempat di Al qur’an. Diantaranya, Q.S
Al-Baqarah : 155-156, Al-Ankabut : 2 dan Asy-Syura : 31. Jika Allah mencintai
hambaNya (suatu kaum) maka Allah akan mengujinya dengan berbagai cobaan. Dan
itu harus dipandang dari sisi positifnya, sehingga dengan demikian rahmat akan
turun pada pasca bencna yang melandanya (Lukman ahli sufi).
Secara esensi, Adzab
diturunka kepada umat manusia disebabkan manusia berlaku sombong dan takabur
kepada keagungan dan kekuasaan Allah. Sedangkan musibah yang melanda
dikarenakan keangkuhan dan lupa akankekuasaan Allah.
Dalam istilah Al-Qur’an
peringatan adalah Tadzkirah. Tadzkirah ini disampaikan suatu bangsa yang
mayoritas muslim dan mukmin. Artinya, Allah akan memberikan peringatan kepada
hambaNya dengan jalan memberikan musibah.
Kurang tepat jika kita
mengabaikan bahwa rizki yang diterima karena Allah sayang kepada kita.
Sebaliknya, juga tidak tepat apabila kita mengatakan, bahwa Allah tidak
mencintai kita karena diberi musibah yang tidak kita senangi.
“Maka Kami jadikan
peristiwa itu sebagai peringatan bagi angkatan di masa itu dan bagi angkatan
penerus mendatang, serta menjadi pelajaran bagi yang bertaqwa” (Q.S. Al Baqarah
: 6)
*) dirangkum
dari Majalah Suara Muhammadiyah Edisi No. 4 TH Ke-99 Hal. 33 – 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar