blogku, motivasiku, untuk selalu belajar dan belajar... berusaha menjadi manusia selalu bermanfaat bagi orang lain
Selasa, 21 Mei 2013
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan
atau kualitas seorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk
mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan
atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli diantaranya adalah seperti
apa yang dikemukakan Stoner bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan tugasnya.
Kepemimpinan
adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan
kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan.[1]
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan,
sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap
mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan
percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[2]
Kepemimpinan
atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam
hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku
terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya.
Di
sinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam pembentukan perilaku bawahan.
Menurut Handoko dalam bukunya kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran. [3]
Kepala
sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang
digunakan untuk mempengaruhi aktivitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai
tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana pemimpin
mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan
tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan meningkatkan
kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan berkomunikasi dengan bawahannya.
Pemimpin
yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian
tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan mendapat sambutan hangat oleh
bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi
timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif.
Hersey
dan Blanchard (1986) mengemukakan dalam bukunya bahwa gaya kepemimpinan yang
efektif itu berbeda-beda sesuai dengan “kematangan” bawahan. Kematangan atau
kedewasaan menurutnya bukan dalam arti usia atau stabilitas emosional melainkan
keinginan untuk berprestasi, kesediaan untuk menerima tanggung jawab, dan
mempunyai kemampuan serta pengalaman yang berhubungan dengan tugas. Dengan
demikian tingkat kematangan bawahan, dan situasi tempat sangat berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinan yang ditetapkan.[4]
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud gaya kepemimpinan kepala
sekolah adalah pola-pola perilaku kepala
sekolah yang digunakan
untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan serta memberikan motivasi kepada semua komponen yang
ada dalam mengembangkan program
sekolah, menegakkan disiplin, meningkatkan kesejahteraan serta bagaimana
pimpinan berkomunikasi dengan bawahannya untuk
mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya yang sejalan dengan tata
tertib yang telah dibuat dan disepakati.
MASYARAKAT PETANI
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup,
dimana sebagian interaksi adalah antar individu-individu yang berada dalam
kelompok trsebut. Kata “Masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa arab
“ musyarak”. Lebih abstraknya, sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antara entitas. Masyarakat
adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung asatu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur[1].
Desa dan petani merupakn dua kata yang
tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Desa adalah tempat dimana petani
menjalani kehidupannya. Selain itu desa juga mempunyai karakter sosial yang unik.
Wolf (1983) memahami masyarakat petani
merupakan fase setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern. Pendekatan
antropologis yang ia bangun didasarkan bahwa masyarakat petani tidak bisa hanya
dipandang sebagai agregat tanpa bentuk. Masyarakat petani memiliki keteraturan
dan memiliki bentuk-bentuk organisasi yang khas[2].
Sejalan dengan Wolf (1983), Scott (1981)
melihat petani sebagai entitas unik yang hidup secara sub sistem. Penelitian
Scott (1981) mengungkapkan bahwa masyarakat petani di Asia Tenggara tidak akan
melakukan perlawanan ketika kebutuhan-kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Dari uraian-uraian di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pengertian masyarakat petani ialah sekelompok orang yang
hidup bersama dalam suatu tempat yang memiliki sikap saling membutuhkan satu
dengan yang lain dan bermata pencaharian sebagai petani, atau kesimpulan lain
ialah sekelompok orang yang hidup bersama di suatu desa dan masih memelihara
budaya nenek moyang (hidup bergotong royong).
Ciri-ciri kehidupan Masyarakat Petani di
Indonesia.
1. Ciri-ciri
kehidupan masyarakat bercocok tanam.
a. Hidup
menetap.
b. Mempunyai
rumah tempat tinggal.
c. Beternak
dan berladang.
d. Food
producing.
e. Telah
terbentuk perkampungan.
f. Mengenal
pembagian kerja.
g. Mengenal
pakaian, grabah, dan peralatan kerja.
h. Mengenal
kepercayaan.
i.
Terbentuk masyarakat.
j.
Pembagian kerja secara jelas.
k. Gotong
royong.
2. Ciri-ciri
budaya masyarakat petani.
a. Lebih
amju dalam penggunaan bahasa.
b. Aktivitasnya
telah menggunakan bahasa komunikasi.
c. Menggunakan
bahasa untuk mendistribusikan pekerjaan.
d. Berkembang
tradisi menghormati orang yang lebih tua.
e. Membuat
bangunan megalitikum sebagai manifestasi kepercayaan.
3. Ciri-ciri
ekonomi masyarakat petani.
a. Kehidupan
mereka ditentukan oleh kepemilikan tanah.
b. Bercocok
tanam.
c. Hidup
menetap sehingga ada ikatan dengan alam, antar individu dan atar keluarga.
d. Punya
waktu senggang antar menanam hingga waktu panen, sehingga diisi dengan
pekerjaan keterampilan tangan yang dapat mempercepat perkembangan ekonomi.
e. Mengenal
barter.
DEFINISI PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian
Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks islam
lebih banyak di kenal dengan nama at tarbiyah, at ta’lim, at ta’dib, dimana
istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Dari ke tiga istilah tersebut
telah banyak menimbulkan perdebatan para ahli mengenai istilah mana yang paling
tepat.
Abu Tauhid dalam bukunya yang berjudul “
beberapa aspek pendidikan Islam” memberikan pemahaman mengenai ke tiga istilah
di atas, yaitu kata At-ta’lim yang lebih tepat ditunjukkan untuk istilah
“pengajaran” yang hanya terbatas kepada kegiatan menyampaikan atau memasukkan
ilmu pengetahuan ke otak seseorang. Jadi lebih sempit dari istilah pendidikan
yang di maksud. Dengan kata lain at-ta’lim hanya sebagai bagian dari
pendidikan. Dan kata at-ta’dib lebih tepat ditujukan untuk “pendidikan akhlak”,
jadi sasarannya hanya pada budi pekerti. Sedangkan kata at-tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas dari at-ta’lim dan at-ta’dib bahkan mencakup kedua
istilah tersebut. Istilah at-tarbiyah mengendung berbagai kegiatan yang berupa
menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, mengurus maupun mengawasi serta
menjaga anak didik[1].
Mustafa Al Gholayani berpendapat bahwa
at-tarbiyah adalah peneneman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh
dengan cara memberi petunjuk dan nasihat, sehingga ia memiliki potensi-potensi
dan kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat menumbuhkan sifat-sifat yang bijak,
baik cinta akan kreasi dan berguna bagi tanah airnya[2].
Pendidikan islam merupakan pengembangan
potensi yang dimiliki anak sesuai bakat
dan minatnya, disamping itu pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas yang
hendak dicapai dan aspek pengembangan akal pikiran sehingga potensi dasar anak
di kembangkan secara leluasa, sehingga kemampuan yang dimiliki anak akan tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani sehingga menjadi
anggota masyarakat yang berguna bagi yang berguna[3].
Selain itu, pendidikan islam berupaya
mengembangkan potensi manusia baik dari sisi kognitif, afektif maupun
psikomotorik sebagai satu kesatuan yang utuh dengan berlandaskan nilai-nilai
islam sehingga manusia bisa mengahadapi masa depan yang harus dihadapi dengan
kemampuan yang dimiliki.
2. Obyek
pendidikan Islam
Obyek
dalam pendidikan Islam adalah manusia dalam pandangan Islam. Dalam hubungannya
dengan pendidikan Islam manusia dilihat dari :
a. Manusia
sebagai makhluk yang mulia.
Manusia
diciptakan Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran. Oleh karene itu amnusia
ditempatkan pada kedudukan yang mulia yaitu dengan Allah ciptakan manusia
dengan fisik yang bagus dan seimbang. Kedudukan manusia sebagai makhluk mulia
disebabkan karena; (1) akal dan perasaan, (2) ilmu pengetahuan, (3) kebudayaan
yan seluruhnya dikatkan dengan pengabdian kepada Allah SWT.
b. Manusia
sebagai khalifah di bumi
Allah
menciptakan manusia yang diserahi tugas dan jabatan khalifah. Kemampuan
bertugas ini adalah salah satu anugrah Allah yang sekaligus yang merupakan
amanat yang dibimbing denga suatu ajaran yang pelaksanaanya merupakan tanggung
ajawab manusia yang bernama khalifah.
c. Manusia
sebagai makhluk paedagogik.
Makhluk
paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik
dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah, pendukung dan pengembang
kebudayaan[4].
a. Tugas
pendidikan Islam.
Tugas pendidikan Islam hakikatnya
bertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan
tabiat peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman
terhadap kedua kalimat syahadat, pemahaman dengan jenis-jenis tauhid,
ketundukan, kepatuhan dan keikhlasan menjalankan Islam, dan menghindarkan dari
bentuk kemusyrikan. Sedangkan pendidikan pengembangan tabiat agar mampu
memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah dan menyediakan
bekal untuk beribadah.
b. Fungsi
pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan
Islam tercapai dan berjalan dengan lancar. Fungsi pendidikan adalah sebagai
berikut :
a) Alat
untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
b) Alat
untuk melakukan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga
manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi.
4. Tujuan
pendidikan Islam.
Menurut
Ali Ashraf, tujuan pendidikan islam adalah sebagai berikut[6]:
a. Mengembangkan
wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta mengembangkan rasional mengenai
Islam dalam konteks kehidupan modern.
b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan
kebijakan baik pengetahuan praktis, kekuasan, lingkungan sosial dan pembangunan
nasional.
c. Mengembangkan
pengetahuan pada diri anak didik untuk mengharagai dan membenarkan superioritas
komparatif kebudayaan dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan lain.
d. Memperbaiki
dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif sehingga kemampuan kreatif dapat
berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang
salah.
e. Membantu
anak yang sedang tumbuh dan belajar berfikir secara logis dan membimbing proses
pemikiran denga berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep tentang pengetahuan
yang dituntut.
f. Mengembangkan
wawasan relational dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam,
dengan melatih kebiasaan yang baik.
g. Mengembangkan,
menghaluskan, dan memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan
bahasa lisan.
5. Komponen-komponen
pendidikan Islam
Menurut Muhaimin, komponen-komponen
dasar pendidikan islam meliputi :
a. Pendidik
Definisi pendidik dalam pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas perkembangan anak didik denga
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif,
kognitif maupun psikomotorik.
Menurut Al Ghozali, tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membawakan hati
manusia untuk bertaqorrub kepada Allah SWT.
Dalam paradigma jawa, pendidik diartikan
dengan guru artinya digugu dan ditiru. Namun, dalam paradikma baru, pendidik
tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan
fasilitator proses belajar mengajar yaitu relasi dan aktualisasi
potensi-potensi amnusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
Adapun tugas dan fungsi pendidik dalam
pendidikan islam yaitu[7] :
a) sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas
merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun
serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan.
b) Sebagai
pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang
berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.
c) Sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik dan
masyarakat yang terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang dilakukan.
b. Anak
didik
Anak didik dalam pendidikan Islam adalah
anak yang sedang berkembang dan tumbuh baik secara fisik maupun psikologis
untuk mencapai tujuan pendidikan. Definisi ini memberi arti bahwa anak didik
merupakan anak yang belum dewasa yang memerlukan orang lain untuk menjadi
dewasa.
Dalam islam istilah anak didik lebih
dikenak dengan istilah murid. Istilah murid ini kelihatannya khas pengaruh
agama Islam, di dalam islam istilah ini dikenalkan oleh kalangan Sufi. Istilah
murid dalam tasawuf mengandung pengertian yang sedang belajar, menyucikan diri
dan sedang belajar menuju Tuhan. Yang paling menonjol dalam istilah ini ialah
kepatuhan murid pada guru (mursyid)nya.
Sa’id Hawa menjelaskan adab dan tugas
murid (sifat-sifat murid) adalah sebagai berikut[8].
a) Murid
harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
b) Murid
harus mengurangi keterikatan dengan kesibukan duniawiyah karena kesibukan itu
akan melengahkan dari menuntut ilmu.
c) Tidak
sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang terhadap
guru, ia harus patuh terhadap guru seperti patuhnya oarang sakit terhadap
dokter yang merawatnya.
d) Orang
yang menekuni ilmu pada tahap awal
harus menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafiah
antarmadzhab, karena hal itu akan membingungkan pikirannya. Perbedaan pendapat
dapat diberikan pada belajar tahap lanjut.
e) Penuntut
ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk dirinya.
f) Tidak
menekuni ilmu banyak sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling penting.
Ilmu yang paling utama adalah ilmu mengenal Allah.
g) Tidak
memasuki cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu sebelumnya. Ilmu itu
sifatnya bertahap dan berurutan. Antara satu ilmu dan ilmu lainnya seringkali
memiliki sifat prerequisite.
h) Hendaklah
menguasai ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui dari hasil
belajarnya, dan kekuatan dalilnya.
c. Kurikulum
pendidikan Islam.
a) Definisi
kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan
dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Prof. Dr.Ahmad Tafsir dalam bukunya
Filsafat Pendidikan Islam mengemukakan esensi kurikulum ialah program. Bahkan
kurikulum adalah program. Kurikulum program mencapai tujuan pendidikan.
Dalam pengertian sehari-hari kata
kurikulum sekurang-kurangnya memiliki tiga pengertian.
1) Kurikulum
dalam arti sederet mata pelajaran pada suatu jenjang dan jenis sekolah.
2) Kurikulum
dalam arti silabus.
3) Kurikulum
dalam arti program sekolah.
b) Dasar,
Prinsip dan Fungsi Pendidikan Islam.
Asy-Syaibani
menetapkan empat dasar pokok dalm kurikulum pendidikan islam, yaitu :
1) Dasar
religius (agama).
Dasar
yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai Ilahi yang tertuang dalam Al-quran
maupun as-sunah, karena kitab tersebut merupakan nilai kebenaran.
2) Dasar
Falsafah.
Dasar
ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, sehinggga susunan
kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran di bidang nilai-nilai
sebagai pandangan yang diyakini dari suatu kebenaran.
3) Dasar
Psikologis.
Dasar
ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik, yang berkaitan dengan
perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat, intelektual, bahasa, emosi, social,
kebutuhan dan kecakapan.
4) Dasar
sosiologis.
Dasar
sosiologis member implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peran penting
terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosial, kebutuhan,
rekonstruksi masyarakat.
5) Dasar
organisasi.
Dasar
ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum.
Dasar ini berpijak dari ilmu jiwa asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah
jumlah bagian-bagiannya sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata pelajaran
yang terpisah-pisah.
Prinsip-prinsip utama kurikulum
pendidikan islam menurut Al-Syaibani adalah sebagai berikut :
a) Berorentasi
pada islam, trmasuk ajakan dan nilai-nilainya.
b) Prinsip
menyeluruh baik dalam tujuan maupun isi kandungannya.
c) Prinsip
keseimbangan antar tujuan dan kandungan kurikulum.
d) Prinsip
interaksi antara kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
e) Prinsip
pemeliharaan antar perbedaan-perbedaan individualisme.
f) Prinsip
perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntutan yang ada dengan tidak
mengabaikan nilai-nilai absolute.
g) Prinsip
integritas antara mata pelajaran, pengalaman dan aktifitas kurikulum dengan
kebutuhan anak didik, masyarakat dan tuntutan zaman.
Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam
adalah sebagai berikut :
a) Alat
untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai denga tujuan
yang dicita-citakan.
b) Pedoman
dan program yang harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan.
c) Fungsi
kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan
tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan.
d) Standar
dalam penilaian criteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai batasan
dari program kegiatan yang akan dijalankan pada tingkat pendidikan tertentu.
c. Isi
Kurikulum Pendidikan Islam.
Ibnu
Kholdun membagi isi kurikulum pendidikan islam denga dua tingkatan yaitu :
a) Tingkat
pemula (manhaj ibtida’i).
Materi
kurikulum pemula difokuskan pada pembelajaran Al-quran dan As-sunah. Beluau
memandan bahw Al-quran merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan
dan asas pelaksanaan pendidikan Islam. Di samping itu, isi Al-quran juga
mencakup materi penanaman aqidah dan keimanan dalam jiwa anak didik serta
memuat akhlak mulia dan pembinaan pribadi, menuju hal-hal yang positif.
b) Tingakat
Atas ( manhaj ‘aali)
Kurikulum
ini mempunyai dua kualifikasi yaitu :
1. Ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti ilmu syariah yangmencakup fikih,
tafsir, hadis, ilmu kalam, ilmu bumi, ilmu ketuhanan dan ilmu filsafat.
2. Ilmu-ilmu
yang di tujukan untuk ilmu-ilmu lain yang buakan berkaitan dengan dzatnya
sendiri. Misalnya ilmu bahasa (linguistic), ilmu matematika dan ilmu mantiq
(logika)
d. Metode
pendidikan Islam.
Perumusan pengartian metode biasanya
disandingkan dengan teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode
pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai
tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tentang hakikat Islam sebagai supra
sistem.
Tujuan diadakan metode adalah
menjadiakan proses dan hasil belajar mengajar agama islam lebih berdaya guana
dan berhasil guana dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan
ketentuan ajaran Islam melalui teknik motifasi yang menimbulkan gairah belajar
peserta didik secara mantap.
1) Pendekatan
Metode Pendidikan Islam.
a) Pendekatan
Tilawah (pengejaran).
Pendekatan
ini meliputi membaca ayat-ayat al qur’an yang bertujuan memandang fenomena alam
sebagai ayat-Nya. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan
tadzakur (berzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah,
bimbingan dan lain-lain.
b) Pendekatan
Tadzkiyah (penyucian).
Pendekatan
ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf nahi munkar. Pendekatan
ini bertujuan untuk memelihara kebersihan diri dari lingkungannya, memelihara
dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak yang tercela,
berperan serta dalam menjaga kesucianlingkungannya. Indikator pendekatan ini
adalah fisik, psikis dan sosial.
c) Pendekatan
ta’lim Al-Kitab.
Mengajarkan
Al-quran dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujaun
untuk membaca, memahami dan merenungkan Al-qur’an dan As-Sunah. Pendekatan ini
bukan hanya memahami fakta, sehingga bisa menafsirkan informasi secara kreatif
dan produktif.
d) Pendekatan
Ta’lim Al Hikamah.
Pendekatan
ini hampir sama denagn pendekatan Ta’lim Al-kitab, hanya saja bobot dan
porsinya serta frekuensinya diperluas dan diperbesar, reinovasi dan
interpretasi terhadap pendekatan Ta’lim Al-Kitab. Aplikasi pendekatan ini dapat
berupa studi banding antar lembaga pendidikan, antar lembaga penelitian, dan
sebagainya sehingga terbentuk suatu konsensus umum yang dapat dipedomani oleh
masyarakat Islam secara universal dan sebagai pembenah atas tidak relevannya
pendekatan Ta’lim Al-Kitab.
e) Yu’alim-kum
ma lam takunu ta’lamun.
Suatau
pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing, sehingga
pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam fikiran yang benar-benar
luar biasa.
f) Pendekatan
Ishlah (perbaikan).
Pelepasan
beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan
orang lain, sanggup menganalisa kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki
komitmen, memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menjembatani perbedaan
paham.
2) Macam-Macam
Metode Pendidikan Islam.
a) Metode
Diakronis.
Suatu metode mengajar yang menonjolkan
aspek sejarah. Metode ini memungkinkan adanya studi komperatif tentang berbagai
penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga peserta didik memiliki
ilmu pengetahuanyang relevan, memiliki hubungan sebab akibat atau kesatuan
integral.
Metode ini menyebabkan peserta didik
ingin mengetahui, memahami, menguraikan dan merumuskan ajaran ajaran islam dari
sumber-sumber dasarnya, yakni Al-qur’an dan As-sunah serta pengetahuan tentang
latar belakang masyarakat, sejarah, budaya disamping siroh Nabi SAW dengan
segala alam piklirannya.
b) Metode
Sinkronis-Analistis.
Suatau metode yang memberi kemampuan
analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental
inteleg. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi pelaksanaan atau aplikasi
praktis. Teknik pengajaran melalui diskusi, lokarya, seminar, dan lain-lain.
c) Metode
Problem Solving.
Metode ini merupakan pelatihan peserta
didik yang dihadapkan pada berbagai masalah pada suatu cabang ilmu pengetahuan
dengan solusinya. Metode ini dapat dikembangkan nilai simulasi, micro-teaching
dan critical inciden.
d) Metode
Empiris.
Suatau metode yang memungkinkan peseta
didik untuk mempelajari islam melalui proses realisasi, aktualisasi serta
internalisasi norma-norma dan kaidah Islam melaliu aplikasi yang menimbulakan
suatu interaksi sosial. Kemudian secara diskriptif, proses-proses interaksi
dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru. Keuntungan metode ini adalah
peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan secara teoritis normatif, tetapi juga
adanya pengembangan diskriptif inovasi beserta aplikasinya dalam kehidupan
sosial yang nyata.
6. Bentuk-bentuk
pendidikan Islam
Berdasarkan bimbingan yang diberikan
Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Islam ditempuh melalui 3 bentuk pendidikan yaitu:
a. Pendidikan
individu yang membawa manusia pada keimanan (keyakinan) dan ketundukan hanya
kepada Allah SWT. Sehingga seorang pendidik wajib menanamkan rasa keimanan dan
ketaqwaan kepada anak didiknya dengan menekankan pada pengetahuan tentang diri
yang berasal dari Tuhan.
b. Pendidikan
individu yang membawa manusia kepada amal shaleh dalam menjalani kehidupan
sehari-hari di lingkungan atas dasar keimanan dan ketundukan hanya pada syariat
Allah SWT. Pada bagian ini peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk melakukan
amal kebaikan sekecil apapun.
c. Pendidikam
masyarakat yang membawa manusia kepada sikap saling mengingatkan/ berpesan
kepada hal kebenaran dan saling memberi kekuatanketika menghadapi kesulitan
yang semua didasarkan pada keimanan dan ketundukan pada syariat Allah. Pada
bagian ini peserta didik dididik adan dilatih untuk terbiasa bersikap kritis
dan berani dalam hal kebenaran atas landasasn pokok, membenci sesuatu karena
Allah dan mencintai sesuatu karena Allah[9].
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam di Indonesia ialah:
a. Pendidikan
di Masjid atau Surau.
Secara harfiah Masjid atau Surau
diartikan sebagai tempat sujud/setiap tempat yang digunakan untuk beribadah. Masjid
atau Surau memiliki peranan penting dalam penyelenggaran pendidikan Islam.
Al Abdi dalam bukunya Almadlehal
menyatakan masjit merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan
menjadikan masjid tempat pendidikan akan terlihat hidupnya sunah-sunah Islam,
menghilangkan bid’ah-bid’ah serta stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam
pendidikan.
Implikasi Masjid sebagai lembaga
pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Mendidik
untuk taat beribadah kepada Allah SWT.
2) Menananmkan
rasa cinta pada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial serta
menyadarkan hak dan kewajiban.
3) Memberi
rasa ketentuan, kekuatan dan kemakmuran
potensi-potensi rohani manusia melalui Pendidikan kesabaran, keberanian,
kesadaran, perenungan, optimis dan pengadaan penelitian.
Cara belajar di Masjid atau Surau yaitu
dengan cara mengelilingi gurunya. Materi yang diberikan tergantung karena
sesuai dengan kemampuan anak-anak. Dengan tahap awal belajar mengenal huruf
hijaiyah setelah itu menghafal dan menuliskan huruf tersebut. Setelah pandai
baru diperkenalkan untuk membaca Al qur’an dengan berurutan sampai khatam.
Selain itu uga diajarkan tentang car berwudhu dan shalat.
Masjid merupakan wadah atau tempat
khusus yang befungsi ganda sejak pertama kali keberadaannya. Secara garis besar
berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan serta kebudayaan dan
penyelenggaraan urusan umat. Dari waktu ke waktu mengalami perkembangan bentuk
dan sifat fungsi Masjid dan Surau sangat beragam dan bervariasi.
b. Pendidikan
di Pondok Pesantren
Pesantren merupakan bapak Pendidikan
Islam di Indonesia. Pesantren didirikan karena ada tuntutan dan kebutuhan
zaman, dapat dilihat dari pelajaran sejarah, sesungguhnya pesantren didirikan
atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, sekaligus mencetak kader-kader ulama
atau da’i.
Pesantren memiliki keunukan dibandingkan
pendidikan umum, keunikan tersebut antara lain :
1) Memakai
sistem tradisional dibandingkan sekolah modern.
2) Terciptanya
hubungan kerjasama dalam memecahkan/menghadapi masalah.
3) Sistemnya
mengutamakan kesederhanaan dan terciptanya hubungan yang baik.
4) Alumninya
biasanya tidak menginginkan jabatan pemerintah, sehingga mereka tidak dapat
dikuasai pemerintah.
Model pendidikan pesantren menggunakan
metode pengajaran sorogan/bendungan. Sorogan disebut sebagai cara mengajar per
kepala. Setiap santri mendapatkan pengajaran langsung dari kiyai dengan cara
ini banyak dibutuhkan pengganti/asisten kiyai untuk melakukan cara sorogan.
Dengan cara bendungan atau halaqoh, para santri duduk di sekita kiyai dengan
membentuk lingkaran, kiyai hanya mengajarkan kitab tertentu kepada sekelompok
santri.
c. Pendidikan
di Madrasah.
Madrasah ialah lembaga
pendidikan/sekolah yang berciri khas agama Islam yang mempunyai jenjang atau
tingkatan yang sama dengan sekolah umum. Yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI)
sederajat dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah atau sederajat dengan
Sekolah Menengah Pertama (SMP, Madrasah Aliyah (MA) sederajat dengan Sekolah
Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) sederajat dengan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)[10].
Kehadiran madrasah sebagai lembaga
pendidika islam setidaknya memiliki latar belakang sebagai berikut :
1) Sebagai
manifestasi dan relisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam.
2) Usah
terhadap penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya, dan memperoleh kesempatan yang
sama dengan sekolah umum.
3) Adanya
sikap mental pada sementara golongan umat islam, khususnya para santri yang
terpukau pada barat sebagi sistem pendidikan mereka.
4) Sebagai
upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional dan sistem pendidikan
modern.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan
islam kini ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan
Nasional. Munculnya SKB tiga mentri (Mentri Agama, Mentri Pendidikan Dan
Kebudayaan, Dan Mentri Dalam Negri) menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah
cukup kuat beriringan dengan sekolah umum. Disamping itu munculnya SKB tiga
mentri itu juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu madrasah
baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya.
[1]
Dasar pendidikan islam tujuan pengertian makalah faktor diakses pada
tanggal 10 mei 2013 di
http//www.sarjanaku.com/2013/03/dasar-pendidikan-islam-tujuan.html.
[2]
Muzzaki, Ilmu Pendidikan Islam(Surabaya:2010)hal.11
[3]
Dasar pendidikan makalah faktor op.cit
[4]
Muzzaki op.cit hal 14
[5]
ibid hal 16
[6]
Dasar pendidikan islam tujuan pengertian makalah faktor, op.cit
[7]
Muzzaki op.cit hal 68
[8]
Prof. Dr Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : 2006) hal.
166
[9]
Pendidikan islam: sebuah kewajiban diakses pada tanggal 14 Mei 2013 dari
http//bagwahhid.blogspot.com/2012/02/pendidikan-islam-sebuah-kewajiban.html.
[10]
Darmanto, Studi Tentang Pembelajaran Fiqih Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah Tempurrejo Banyubiru Widodaren Ngawi Tahun Pelajaran
2010/2011(Sebuah Tinjauan Evaluasi Hasil Belajar Siswa) (Skripsi Sarjan Ilmu
Pendidikan Islam Stit Muhammadiyah Tempurrejo Ngawi, Ngawi.2011) hal. 42
Langganan:
Postingan (Atom)