MEMIMPIN ITU JALAN MENDERITA
HIDUP ITU BERJUANG
Prof Dr Mr. Raden Kasman Singodimedjo. Pernah menjabat
Jaksa Agung, Kepala Kehakiman Militer, Menteri Muda Kehakiman, Ketua BPUPKI
(Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Ketua KNIP (DPR RI Pertama) Beliau seorang
yang pemberani dan penegak
kebenaran.
Prof Dr Mr Raden Kasman Singodimejo, tokoh
Muhammadiyah kelahiran Kalirejo Purworejo Jawa Tengah 25 Februari 1908 dikenal
sederhana, terus terang dan pemberani. “Namanya memang Singodimejo,
kenyataannya dia singa di mana-mana,” kata Mohamad.Roem, kawan dekat beliau
sejak muda.Suatu hari setelah ceramah di Ternate, Kasman harus menyeberang ke
Bitung (Sulawesi Utara) memenuhi undangan di sana. Ketika sampai di tepi laut,
tiba-tiba cuaca berubah. Angin besar, ombak laut makin tinggi. Pemilik perahu
biasanya tidak berani berlayar, menunggu cuaca baik kembali. Namun tidak tahu
kapan cuaca akan baik kembali. Dalam ketidakpastian, Kasman keluar
singanya.“Apakah ada nakhoda Muslim yang percaya bahwa hidup dan mati di tangan
Allah? Siapa yang bersedia mengantarkan saya dalam keadaan ini ke Bitung?”
teriak Kasman. Teriakan itu menularkan keberanian ke hati pemilik kapal.
Beberapa orang mengacungkan tangan. Namun karena hanya perlu satu perahu, maka
ia memilih salah satu dan terima kasih kepada yang lain. “Kalian juga sudah
mendapat pahala.”Dalam buku biografinya: “Hidup Itu Berjuang”, diceritakan
ketika dalam tahanan Orde Lama, dia diminta mengakui mengadakan rapat gelap
untuk gerakan makar. Kasman menolak karena memang tidak melakukannya. Lalu
dikonfrontir dengan Nasuhi, tahanan lain. “Tidakkah Letkol malam itu menjemput
Pak Kasman lalu membawanya ke Tengerang?” kata pemeriksa. Nasuhi diam.
Pertanyaan itu diulang dan diulang lagi. Tapi Nasuhi tetap diam. “Awas! Letkol
diproses verbaal telah mengakuinya,” penyidik mulai menggertak. Nasuhi tetap
diam. Suasana senyap.Kasman minta ijin bicara: “Bismillahir rahmanir rahim.
Nasuhi kamu kan percaya kepada Allahu Akbar. Jawablah secara jantan. Kamu kan
laki-laki. Allah sebagai saksi. Jawab yang lantang supaya kedengaran,” kata
Kasman.Nasuhi menjawab: “Saya terpaksa menandatangani proses verbaal.
Sebetulnya tidak begitu.” Lalu Kasman menyambung: “Nah, itulah tuan-tuan
keadaan yang sebenarnya. Saya sebagai bekas Jaksa Agung, bekas kepala Kehakiman
Militer, bekas Menteri Muda Kehakiman, tahu persis semua ini tidak syah.”
Kasman lalu berdiri. Dibuangnya kursinya jauh ke belakang, tangannya diangkat
lalu berteriak sangat keras dan melotot. “Percuma pemeriksaan semacam ini!
Silakan tuan-tuan cabut pistol. Tembak saya! Tembak! Tambak!” Jaksa itu gagal
memaksa Kasman. Singanya keluar pada saat yang tepat.Di luar soal “singa”, ada
dua pesan Kasman yang patut direnungkan. Pertama: “Hidup itu berjuang”. Kedua:
“Jalan pemimpin itu bukan jalan yang mudah. Memimpin itu jalan menderita”.
Berjuang dan menderita memang sering menyatu. Kasman tidak hanya bicara tetapi
telah menjalaninya berkali-kali.Sejak muda ia terlibat aktif mendirikan
republik ini, kemudian melalui Masyumi dan Muhammadiyah berjuang mengisi negeri
ini sesuai cita-cita dan prinsip hidupnya. Untuk itu dia rela empat kali masuk
penjara. Sekali pada zaman Belanda, tiga kali masa rezim Orde Lama. Tapi dia
tetap bahagia. “Bahagia dalam keluarga, bahagia karena hidup punya cita-cita,”
kata Pak Roem. Karena “hidup itu berjuang”, maka bagi mereka yang tidak
berjuang atau meninggalkan gelanggang perjuangan, sesungguhnya dia telah
kehilangan makna hidupnya.
Jika hidup kehilangan makna, maka hidup itu sia-sia.
Kata Imam Syafi’i: “Ucapkan takbir untuknya empat kali tanda kematiannya.”Pesan
lainnya, pemimpin itu harus siap jika harus melalui jalan derita. Ini penting
karena kini banyak orang mengira jalan pemimpin itu jalan di atas karpet merah,
mobil mewah, rumah megah dan kursi empuk. Maka ketika negeri ini terpuruk dan
rakyat dijerat kemiskinan akibat kenaikan BBM, yang terdengar adalah seruan
rakyat mengencangkan ikat pinggang. Bukan pernyataan para pemipin, mulai
presiden, wapres, anggota dewan dan seterusnya akan memotong sebagaian
penghasilannya, membatalkan kunjungan kerja yang selama ini tidak berfaedah dan
hal lain sejenis itu.Dalam Muhammadiyah, mereka yang ingin terjun ke
persyarikatan dengan tujuan agar memperoleh fasilitas hidup, maka dia akan
kecewa. Dia akan meninggalkan jejak buruk yang tak gampang terhapus dari
ingatan. Tak dilarang kita menggunakan fasilitas, apalagi demi kelancaran
tugas. Tetapi sungguh menyedihkan jika pimpinan persyarikatan, majelis,
lembaga, ortom, amal usaha berebut fasilitas dan lupa menunjukkan kerja nyata.
Baru bekerja kalau sudah tersedia fasilitas. Muhammadiyah adalah organisasi
kerja. Bukan organsiasi papan nama, apalagi sekadar tempat numpang gaya dan
numpang fasilitas.
Pesan Pak yang diucapkan ketika beliau masih mahasiswa
bahwa jalan pemimpin itu jalan menderita, masih relevan sampai sekarang.
Al-Quran juga mengingatkan: “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu cobaan sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu.
Mereke ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dengan berbagai
cobaan, sehingga Rasul berkata: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”.
Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah amat dekat.” (QS 2: 214)
Ketua KNIP
29 AGUSTUS
1945 s.d. PEBRUARI 1950 sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat
ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut
Undang-undang Dasar 1945.Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan,
tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP
beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal
badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus
1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP :
· Mr.Kasman Singodimedjo - Ketua
· M. Sutardjo Kartohadikusumo - Wakil Ketua I
· Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II
· Adam Malik - Wakil Ketua III
Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di
Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan
dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan
resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan
Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara
atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.KNIP telah mengadakan sidang di Kota
Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun
1949.Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di
medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan
dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang
menentang perundingan.Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali
menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua
persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke
daerah Republik.
Tidak banyak yang mengetahui Kasman Singodimedjo
merupakan salah satu tokoh besar pergerakan nasional. Di dalam buku sejarah
pun, tak ada yang menyebut nama tokoh muda dari kalangan Islam Nasionalis
tersebut.
DIUSULKAN
RAIH GELAR PAHLAWAN NASIONAL
Tidak banyak yang mengetahui Kasman Singodimedjo
merupakan salah satu tokoh besar pergerakan nasional. Di dalam buku sejarah
pun, tak ada yang menyebut nama tokoh muda dari kalangan Islam Nasionalis
tersebut.
"Sungguh ironis, padahal Kasman Singodimedjo
merupakan tokoh besar yang mewarnai hukum dan ketatanegaraan Indonesia,"
ujar Sejarawan Anhar Gonggong, dalam Seminar Nasional "Prof Dr Kasman
Singodimejo Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan" di Kampus Unissula
Kaligawe.
Seminar yang dimoderatori Rektor Unissula Prof Dr
Laode M Kamaluddin MSc MEng juga dihadiri pembicara lainnya Dr Hamdan Zoela MH
(Hakim Mahkamah Konstitusi). Menurut Anhar, sosok Kasman bukanlah jenis tokoh
yang berpolitik untuk mencapai tujuan dan kepentingan pribadi, apalagi sekadar
untuk memperkaya diri. Aktivis Muhammadiyah kelahiran Purworejo itu, lanjutnya,
selalu tampil sebagai perintis di saat-saat kritis.
Hamdam Zoelva menilai, pemikiran politik dan
kenegaraan Kasman Singodimedjo atau yang lebih dikenal dengan Mr Kasman tidak
dapat dilepaskan dari keyakinan dan pendidikan Islam yang diperoleh sejak kecil
dari ayahnya maupun dari tokoh-tokoh Islam seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Abdul
Aziz.
Beliau wafat di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada umur 78
tahun.
Sumber :
wongleces.blogspot.com, suara merdeka.com diakses tanggal 04 September 2013
jam10.18